RS Syafira : Dokter Hanya Bercanda

Merasa Diusir dan Diskriminatif, Pasien BPJS di RS Syafira Pekanbaru Pindah ke RS Awal Bros

Ilustrasi Diskriminasi Pelayanan Bagi Pasien BPJS | Beritariau.com 2014

Beritariau.com, Pekanbaru - Pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merasa dilecehkan dan diperlakukan diskriminatif dari dokter Rumah Sakit (RS) Syafira yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru.

"Kita merasa kecewa diusir oleh dokter Syafira. Bu Lisna mempunyai sakit infeksi lambung dan salurang kencing," kata Heru, kerabat dari pasien bernama Lismawati (54) saat dihubungi Beritariau.com, Senin (1/9/14).

Ia menuturkan bahwa, Lisna panggilan akrab Lisnawati, diminta pihak RS Syafira agar segera pulang karena tergolong sebagai daftar pasien program BPJS.

"Ibu sudah bisa pulang, kan ibu pasien BPJS jadi saya kasih obat saja. Kalau ibu di sebelah itu spesial," ucap Dokter Internis, Ristua Butar-butar seperti ditirukan Heru.

Merasa diusir, pihak keluarga langsung membawa keluar Lisnawati. Menurut Heru, Lisna kini kembali dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) karena kondisinya kian memburuk. Namun, bukan di RS Syafira melainkan RS Awal Bross.

Terkait kejadian yang menjadi citra buruk pelayanan kesehatan di RS Syafifa, manajemen membantah bahwa dokter tersebut mengusir pasien.

"Tidak ada seperti itu, mungkin dokter tersebut bercanda. Berdasarkan prosedur yang ada, pasien memang dinyatakan sudah bisa untuk pulang," ujar Humas RS Syafira, Mizent.

Prosedur yang dimaksud Mizent adalah penanganan pasien penderita magh ditangani selama dua hari. Jika keluhan dan tekanan darahnya sudah normal, maka pasien diizinkan rawat jalan.

Selain itu, Mizent juga menyatakan tak ada diskriminasi. Proses standard untuk pasien BPJS sudah diberikan pihaknya kepada pasien.

"Saya sudah cek, pasien masuk tanggal 30 Agustus. Setelah mendapat perawatan dan ada perkembangan kesehatan selama 2 hari. Tekanan darah dan keluhan nyeri di uluh hati sudah hilang. Maka, atas prosedur kesehatan, pasien sudah bisa pulang. Kita tidak ada diskriminasi," ungkapnya.

Ketika ditanya apakah sudah ada pernyataan permintaan maaf resmi terhadap pasien dan keluarganya, Mizent mengakui belum ada. "Belum ada permintaan maaf resmi kita. Emang kerabat pasien minta begitu ya mas?," tanya Mizent kembali kepada Beritariau.com.

Akibat peristiwa ini, Mizent menegaskan bahwa ini hanya salah penafsiran perkataan dokter. Pasien yang dikatakan spesial oleh Ristua adalah pasien yang sedang menerima perawatan cuci darah.

"Ini mis-komunikasi saja," sebutnya.

Saat mengetahui bahwa bekas pasiennya kembali masuk ke UGD rumah sakit lain, Mizent tampak tak heran dan menyatakan bahwa hal itu biasa terjadi.

"Itu biasa. Mungkin karena peristiwa ini dipanas-panasi. Akhirnya tensi atau kesehatan memburuk lagi. Dia kan punya penyakit magh. Yang pasti saat kita cek di rumah sakit kita dia sudah kita nyatakan sudah layak pulang," ceritanya.

Terkait hal ini, Mizent berjanji akan melaporkan ke atasannya. Dan melakukan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan rumah sakitnya. [mar]

Tags :# kesehatan