Berpotensi Mengandung Virus-Penyakit, Produk Impor Ini Dimusnahkan
Beritariau.com, Pekanbaru - Balai Karantina Pertanian Kelas I Pekanbaru memusnahkan sejumlah komoditas impor karena tidak dilengkapi dengan sertifikat kesehatan serta berpotensi menyebarkan beragam virus serta penyakit.
Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Balai Karantina Kelas I Pekanbaru, Ferdi kepada di Pekanbaru, Riau, Jumat (23/3/18) mengatakan sejumlah komoditas yang dimusnahkan dengan cara dibakar itu terdiri dari berbagai jenis daging, buah, sayuran serta bibit tanaman.
Diantaranya adalah daging babi, sapi, unta, ayam, buah-buahan, benih tanaman, dan sayuran dengan total berat mencapai 50 kilogram.
"Pemusnahan ini dalam rangka mencegah masuknya virus serta penyakit dari luar negeri dan menghindari cemaran kimia terhadap budidaya pertanian lokal," katanya.
Ferdi menuturkan, mayoritas komoditas tersebut merupakan hasil sitaan petugas Bea dan Cukai serta Aviation Sevurity (Avsec) Bandara International Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru selama triwulan pertama 2018.
"Memang mayoritas komoditas ini masuk melalui Bandara dari Malaysia. Baik dikirim via pos kargo maupun dibawa penumpang," ujarnya.
Namun, seluruh komoditas itu tidak dilengkapi dengan sertifikat kesehatan negara asal. Begitu juga komoditas yang masuk melalui kargo, selain tidak dilengkapi sertifikat kesehatan juga tidak diketahui pengirim komoditas tersebut.
Melengkapi Ferdi, Kepala Balai Karantina Pekanbari, Imam Djajadi menjelaskan pihaknya telah berupaya memberikan kesempatan kepada pengirim dan pembawa yang diketahui identitasnya untuk melengkapi sertifikat kesehatan.
"Kita memberi waktu tenggat 14 hari agar segera dilengkapi. Namun, karena tidak segera dilengkapi sementara sebgaian komoditas mulai membusuk kita harus segera memusnahkannya " kata Imam.
Imam menjelaskan, beragam virus dan penyakit berpotensi menular jika komoditas itu dilepas ke pasar lokal seperti penyakit sapi gila, mulut kuku sapi yang pada akhirnya akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
"Intinya kita sangat meragukan kesehatan dan keamanan komoditas ini," ujarnya. [don]